BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita
sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih
lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan
ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang
melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang
sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya. Karena
itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia
pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini mencoba mengungkap
makna education, Tarbiyah, pendidikan yang terkadang dimaknai secara sempit.
Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan makna tarbiyah, ta’lim, tadris,
tahdzib, Ta’dib dan tadrib dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar
pendidikan baik dari literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah ini
dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis
untuk mengantarkan pembahasan pada hakikat pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Sesuai
dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penyusun dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
yang diumaksud dengan Hakikat Pendidikan?
2. Apa
saja dan bagaimana Landasan-landasan Pendidikan itu?
3. Apa
saja Asas-asas Pendidikan itu?
4. Apa
itu Panca Darma Taman Siswa?
5. Bagaimana
Makna Pendidikan Memberdayakan Sumber Daya Manusia?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai
dengan rumusan masalah diatas maka adapun tujuan penyusun dalam menulis makalah
ini. Tujuan dari pembahasan ini diantaranya :
1. Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui dan memahami tentang maksud dari hakikat
pendidikan.
2. Mahasiswa
dan mahasiswi mengetahui tentang landasan-landasan pendidikan.
3. Mahasiswa
dan mahasiswi mengetahui tentang asas-asas pendidikan.
4. Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui panca darma taman siswa.
5. Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui tntang makna pendidikan memberdayakan sumber
daya manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan
Kata
pendidikan, pendidik, guru dan pengajar, telah menjadi pembicaraan, bahkan
pembahasan kita sehari-hari. Namun demikian, masih terjadi kekeliruan dalam
mengartikan sesuai dengan hakikatnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
marilah kita gali konsep yang tepat tentang pendidikan tersebut. Pendidikan
diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan
dan kematangan.
Dalam
mekanisme pendidikan, ada proses, proses kegiatan, kegiatan ; perilaku yang
dikembangkan meliputi sikap, ketrampilan, pengetahuan; subjek-subjek pelaku,
meliputi individu, anggota masyarakat, peserta didik, orang yang lebih tua.
Pendidikan
sebagai proses perilaku, secara alamiah berjalan spontan. Namun apabila kita
menghendaki pendidikan yang terarah, harus melalui perncanaan, perancangan,
pemrograman atau berdasarkan kurikulum/program yang telah dirumuskan terlebih
dahulu. Oleh kerena itu, proses yanng ditempuh oleh pelaksana pendidikan itu
juga sangat terbuka mulai keluarga (informal), masyarakat (non formal) dalam
lembaga/sekolah (formal). Subjek dan objek pendidikan juga sangat terbuka mulai
dari diri sendiri, anggota keluarga, anggota masyarakat, murid, mahasiswa.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value
dan transfer of culture and transfer of religious yang semoga diarahkan
pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya
untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan. Menurut pandangan Paula Freire pendidikan
adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat
pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran
Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia
(fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi
manusia berakhlakul karimah (Insan Kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan
adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan
itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
1.
Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi
yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
2.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek
didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3.
Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan
pribadi dan masyarakat.
Pendidikan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu. Pendidikan
mempunyai banyak definisi sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap
definisi menujukan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing.
§ Menurut
ahli biologi : Pendidikan adalah
adaptasi.
§ Menurut
ahli psikologi : Pendidikan sinonim
dengan belajar.
§ Menurut
ahli Filsafat : Pendidikan lebih mencerminkan
aliran-aliran yang dimilikinya dan sebagainya.
Menurut
Brown pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana
perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri orang lain itu
melalui kelompok dari pandangan ini berarti pendidikan adalah suatu proses yang
mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.
Menurut
Brown ada 3 plaku pendidikan yaitu :
1) Lembaga-lembaga
pendidikan formal. Misalnya : sekolah lembaga-lembaga ke agamaan, musium,
perpustakaan, rekreasi dll
2) Kelompok-kelompok
yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting.
3) Organisasi-organisasi
yang bersifat kormesial dan industri. Misalnya toko-toko, industri dan
perkebunan.
B. Landasan-landasan Pendidikan
Pendidikan
sebagai proses kegiatan pemberdayaan manusia peserta didik menjadi sumber daya
(SDM) yang cocok untuk segala lingkungan dan perkembangan jaman dan harus di
landasi oleh nilai-nilai yang sesuai dengan hakikat manusia selaku makhluk
sosial budaya. Oleh karena itu pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai
agama, filsafat dan moral pembahsan tentang landasan-landasan akan dipaparkan
secara berikut :
1. Landasan
Agama
Berdasarkan
keyakinan kita masing-masing, agama merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa yang
di turunkan untuk menjadi landasan hidup bagi kehidupan manusia sampai akhir
zaman. Agama sebagai landasan pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan
formal di lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA dan Perguruan Tinggi.
Melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga informal dan di
masyarakat non formal.
Negara
Republik Indonesia telah mengakui lima Agama yaitu : Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu dan Budha sebagai Agama resmi.
2. Landasan
Filsafat
Pendidikan
suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia menjadi SDM yang berkualitas, harus
dilandasi oleh sifat dan sikap yang arif serta bijaksana, sifat dan sikap yang
demikian, selain terbina dari pengalaman serta pendikikan, juga berasal dari
hasil perenungan melalui pikiran yang mendalam tentang hal-hal baik yang
dipertentangkan dengan hal-hal buruk, kejujuran dengan kebohongan, dan
seterusnya.
Filsafat
sebagia suatu kajian yang mendasasr, tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang
terlihat kasat mata, melainkan lebih mendalam lagi.
3. Landasan
Budaya
Manusia sebagai makhluk hidup, telah
difitrahkan menjadi makhluk budaya. Namun demikian, karena meninggalkan
perilaku sebagai makhluk budaya yang beradab dewasa ini, menunjukan perilaku
yang lebih buas dsari srigala.
Sadisme,
premanisme, brital menjadi hakim sendiri, merampok, mengalahkan segala cara,
dan lainnya, telah menjadi perilaku sebagian makhluk yang disebut manusia.
Manusia “keluar” dari sifat, sikap dan nurani kemanusiaan yang manusiawi.
Manusia cenderung “keluar meninggalkan” fitrahnya sebagai makhluk budaya.
Budaya
yang melekat pada diri manusia sebagai hasil karsa, raasa, cita, citra dan
karya, menjadi karakter manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dalam bentuk
kebudayaan. Perubahan yang bertahap dialami oleh setiap makhluk, termasuk oleh
manusia, membawa perubahan tatanan budaya, juga dalam mekanisme evolusi budaya.
Evolusi ini, tidak keluar dari konteks manusia sebagai suatu kelompok, atau
dengan perkataan lain, budaya termasuk evolusinya ada dalam tatanan yang
disebut masyarakat.
4. Landasan
Moral
Agama,
filsafat dan budaya sebagai sumber nilai bagi individu dan masyarakat,
penampilannya muncul dari perilaku, perbuatan serta tindakan manusia dalam
bentuk reaksi emosional, interlektual, spiritual, sosial dan ketrammpilan
terhadap lingkungannya. Tinggi rendahnya kualitas reaksi manusia terhadap
lingkungan tadi, sangat dipengaruhi oleh kadar dan bobot etika serta moral yang
melekat pada diri manusia yang bersangkutan. Kualitas bobot dan kadar
tersebebut, tepulang pada pendidikan sebagai proses serta kegiatan yang dialami
individu masing-masing.
C. Asas-Asas Pendidikan
Proses,
kegiatan dan pelaksanaan pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai ke
dalam budi seseorang,
1. Asas
Pendidikan Sepanjang Hayat
Perubahan
perilaku individu pada umumnya, berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan.
Proses kematangan mulai dari masa bayi, balita, batita, usia sekolah, remaja,
dewasa sampai lanjut usia atau tua, berlangsung terus sesuai dengan
perkembangan mental, psikolog dan spiritual masing-masing. Penyimpangan yang
terjadi pada individu tertentu, terutama pada pribadi yang genius, hanyalah
kasus dari sekian ribu orang.
Penerapan
dan pengembangan asas pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan perkembangan
alamiah yang terjadi pada diri tiap orang. Hakikat yang demikian itu, harus diketahui
dan didasari oleh para pendidik, mulai dari orang tua, orang yang tua, orang
yang lebih tua, guru, tokoh masyarakat dan para pemimpin. Secara wajar, proses
pendidikan itu bertahap, berkesinambungan, sampai akhir hayat. Dalam arti luas,
pendidikan itu dilakukan diri sendiri, oleh atau dari (alamiah), oleh orang
tua, dan oleh oranng-orang yang dikatagorikan sebagai pendidik.
2. Asas
Kasih Sayang
Tiap
waktu dan tiap kesempatan, kita selalu mulai dengan mengucapkan “atas nama
tuhan yang maha pengasih dan penyayang”, maka kasih sayang itu, harus menjadi
bagian yang melekat pada diri kita masing-masing. Atas dasar sifat ksih sayang
yang menjadi salah satu kodrat tuhan yang maha kuasa, kita berupaya menjadikan
dan menerapkan asas kasih sayang dalam pendidikan.
Dalam
proses dan kegiatan pendidikan, hubungan serta suasana yang kita kembangkan,
dalam konteks interaksi edukatif.
Hubungan antara pendidik dengan peserta didik, dibina dalam suasana kasih
sayang yang terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai
yang bermakna dalam kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai dan sejahtera.
Suasana dan hubungan kehidupan yanng lebih luas, maka kita berpegang serta
menerapkan asas-asas :
§ Mengabdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa
§ Berbakti
kepada orang tua
§ Menghormati
orang yang lebih tua dan orang yang dituakan
§ Menghargai
sesama
§ Menyayangi
orang yang lebih muda
Suasana dan hubungan interaksi edukatif
antara pendidikan dengan peserta didik, terjalin dalam kasih sayang, dalam
mekanisme ini, pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang dikategorikan
lebih muda yang secara kelender memang lebih muda, dan atau karena ststus serta
posisinya ditetapkan sebagai pihak yang lebih muda. Dengan demikian, dalam
proses dan kegiatan pendidikan asas kasih sayang menjadi salah satu asas utama.
3. Asas
Demokrasi
Demokrasi dapat dartikan sebagai suatu
filsafat, atau sistem sosial yang menekankan kepada partisipasi pengawasan yang
proprosional terhadap kehidupan suatu komunitas oleh para anggotanya yang
berlandaskan kepedulian masing-masing sebagai umat manusia dengan mengabaikan
kualitas, pangkat, status atau posisinya masing-masing.
Dalam suasana demokrasi seperti ini, dua
pihak, pendidik dengan peserta didik setara sebagai umat manusia, namun
“berbeda” dalam fungsi, peranan, hak dan kewajiban mengisi mekanisme proses
kegiatan pendidikan. Perlakuan demokratis dari pendidik kepada peserta didik,
menjadi acuan, dalam rangka membentuk serta mengembangkan SDM yang bersikap
mental demokrasi. Dlam proses krgiatan pendidikan, penerapan asas demokrasi
ini, tentu saja “situsional”, dengan pengertian, keseluruhan proses interaksi
edukatif itu demokratis, namun pada situasi-situasi tertentu yang menghendaki,
pendekatan “otoriter” dapat diterapkan.
4. Asas
Keterbukaan dan Transparasi
Keterbukaan
sebagai suatu konsep, berbeda dengan konsep transparansi. Namun demikian,
diantara keduanya ada keterkaitan yang erat, bahkan dalam hal-hal tertentu
dapat dikatakan “berimpit”. Oleh karena itu, sebelum kita kembangkan dan
terapkan keterbukaan dan transparansi sebagai suatu asas dalam pendidikan.
Keterbukaan
sebagai phenomena yang berkenan dengan prilaku manusia, dapat terkait dengan
hati nurani, kebijakan dan suatu keputusan. Keterbukaan yang melekat pada hati
nurani seseorang, atau bahkan pada diri kita masing-masing, berarti dalam diri
kita itu “tidak ada rahasia” yang disembunyikan. Apa yang ada dan terjadi dalam
diri kita, terbuka untuk diketahui oleh pihak atau orang lain.
5. Asas
Tanggung Jawab
Segala
sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan untuk mencapai keberhasilan tertentu,
termasuk pendidikan, hakikatnya adalah suatu tanggung jawab. Kita melakukan dan
mengerjakan suatu tanpa tanggung jawab dapat mengakibatkan hal-hal tidak kita
harapkan, atau tegasnya menimbulkan masyarakat. Hidup dan kehidupan yang kita
yakini sebagai ibadah, memilliki makna yang mendalam dilandasi oleh tanggung
jawab.
Secara
luas dan menyeluruh, tanggung jawab itu meliputi tanggung jawab kepada diri
sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, dan akhirnya pada Al Khalik Yang
Maha Kuasa, jika perbuatan, perilaku, dan tindakan kita itu dilandasi oleh
tanggung jawab kepada segala pihak yang
berhadapan dengan kita, insya Allah, kita akan selalu ada di jalan yang benar.
6. Asas
Kualitas
Suatu
pekerjaan, perilaku, perbuatan, dan tindakan yang berkualitas, tidak dapat
dilepaskan dari sifat serta sikap kasih sayang, demokratis, keterbukaan dan
transparasi, serta tanggung jawab. Begitulah pula jika kita bicara tentang
pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, asas kualitas dalam proses dan
kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari asas-asas pendidikan
sepanjanng hayat, kasih sayanng, demokrasi, keterbukaan dan transparasi serta
tanggung jawab dengan mengembangkan dan menerapkan asas kualitas pada proses
kegiatan pendidikan, secara ideal kita mampu menciptakan SDM yang berkualitas.
Proses
kegiatan pendidikan yang secara ideal bertujuan menciptakan SDM yang
berkualitas seperti yang dideskripsikan diatas, mau tidak mau harus barlandaskan
asas kualitas dalam segala perangkat, kerja dan kinerjanya.
7. Panca
Darma Taman Siswa
Mengembangkan
lima asas dalam pendidikan yang di konsepkan sebagai panca darma, yang
meliputi asas-asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan
kemanusiaan. Untuk membandingkan, bahkan melengkapi asas-asas yanng telah kita
bahas. Marilah kita lihat secara rinci panca darma taman siswa. Uraian pokoknya
dapat di ikuti dibawah ini.
a. Asas
Kodrat Alam
Semua
mahluk baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Mahluk apapun mengalami
perkembangan dan perubahan. Manusia berdasarkan kodratnya tumbuh dalam rahim
ibu, lahir sebagai bayi sampai akhirnya meninggal dunia. Namun demikian, sesuai
dengan kodratnya manusia berbeda dengan makhluk lainnya yaitu dikaruniai akal
dan pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan. Pengembangan kemampuan
manusia secara disengaja dan direncanakan itulah yang dikonsepkan sebagai “Pendidikan”. Sesuai dengan kodrat
alam, pendidikan melayani dan mengembangkan potensi peserta didik sejak lahir.
b. Asas
Kemerdekaan
Sesuai
dengan kodrat alam, bayi pad waktu lahir, dapat dikatakan tidak berdaya,
sepenuhnya bergantung pada orang lain, taitu orang tua, terutama ibu. Namun
demikian, sesuai juga dengan kodrat alam, individu yang lahir dengan berbagai
potensi, dari waktu kewaktu mengalami perkembangan. Pada usia tertentu, ia
mencapai tingkat kemandirian. Perkembangan mencapai derajat kemandirian
berlangsung melalui proses yang kita konsepkan sebagai belajar secara spontan
maupun dengan bimbingan.
Individu
dengan potensinya, merupakan sosok yang memiliki kebebasan yang mengarah kepada
“Kemerdekaan”. Pencapaian taraf
kemerdekaan ini, melalui perjuangan yang disebut belajar. Perkembangan belajar
dari waktu kewaktu, dari tahap ketahap berikutnya, dari satu jenjang ke jenjang
yang lainnya.
Memberikan
makna kepada kebebasan, menjadi kemerkaan yang hakikatnya tidak lain adalah
kebesan yang dilandasi tanggung jawab. Oleh karena itu, proses kegiatan
pendidikan yang berpegang pada asas kemerdekaan, berarti memberikan kebebasan
kepada peserta didik. Untuk mengembangkan potensinya menjadi kemampuan, dalam
suasan yang penuh dengan tanggung jawab.
c. Asas
Kebudayaan
Dalam
kodratnya, manusia itu sebagai “makhluk
budaya”. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan bagian yang melekat pada
diri manusia. Dengan demikian, pengembangan dan penerapan asas kebudayaan ada
proses kegiatan pendidikan, suatu kewajaran yang sesuai dengan kodrat manusia
sendiri.
Budaya
itu meliputi aspek yang luas yang melekat dalam diri individu atau kelompok,
sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia yang berlangsung turun temurun.
Sehingga budaya tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam konteks kelompok atau
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
d. Asas
Kebangsaan
Pengembangan
dan penerapan “asas kebangsaan” pada
proses kegiatan pendidikan Indonesia, selain berdasarkan fakta, juga mengandung
“kebhinekaan” atau “kemajemukan" yang menjadi salah
satu ciri utama bangsa Indonesia. Bahwa kebhinekaan itu telah melekat pada diri
masyarakat bangsa Indonesia.
Menurut Siswono
Yudhosodo menyatakan bahwa rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yaitu
kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir secara alamiah karena
sejarah, karena aspirasi perjuangan masa lampau, karena kebersamaan
kepentingan, karena senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa
kini dengan kata lain kebangsaan itu adalah perekat yang mempersatukan dan
memberi dasar kepada jati diri kita sebagai bangsa.
e. Asas
Kemanusiaan
Kita
telah membahas empat asas dari lima asas panca darma perguruan taman sisiwa,
yang merupakan wawasan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dari empat asas yang
telah kita kembangkan, selanjutnya berdasarkan makna yang kita hayati, akhirnya
bermuara kepada kemanusiaan. Oleh karena itu, berdasarkan penalaran
intelektual, emosional, dan spiritual,
apa yang telah diurutkan Ki Hajar dewantara, sangat tepat. Selanjutnya,
marilah kita kembangkan pembahasan asas kemanusiaan itu lebih lanjut.
Penerapan
asas kemanusiaan dalam proses kegiatan pendidikan, memiliki makna menanamkan
dan mengembangkan nilai-nlai kemanusiaan pada diri pesertra didik. Melalui
proses ini, peserta didik dibimbing dan dibina dirinya untuk mengenal serta
menyadari diri sendiri, orang lain mulai dari lingkungan keluarga, para
tetangga, bangsa, sampai pada masyarakat dunia, secara bertahap sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Melalui
asas kemanusiaan, peserta didik dibimbing menyadari harga dan martabat diri,
serta nilai kemanusiaan yang secara kodrati melekat pada menusia dengan
kehidupannya selaku umat yang sederajat atau sama dihadapan Tuhan.
D. Makna Pendidikan Memperdayakan
Sumber Daya Manusia
Pada
awal Bab lll, telah kita bahas bahwa “pendidikan diartikan sebagai proses
kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan” makna kedewasaan pada konotasi ini, tidak
terbatas hanya pada usia kalender, melainkan lebih berbobot mental-spiritual,
sikap, nalar, baik intelektual maupun emosianal, sosial dan emosional. Dengan
demikian, pada tingkat dan bobot kedewasaan ini, terungkap pula kematangannya
dalam berucap, berpikir, berperilaku dan membuat keputusan. Kita yakin seyakin
yakinnya, dalam pencapaian kedewasaan dan kematangan tadi, kuncinya terletak
pada kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, pendidikan yang tidak
hanya terbatas pada pendidikan persekolahan (pendidikan formal).
1. Makna
Pemberdayaan
Melalui
proses pemberdayaan, peserta didik digiring dan di bimbing menjadi SDM yang
memiliki visi, sadar bahwa hidup dan kehidupan itu berpijak diatas realita
dimanapun kita hidup selalu berhadapan dengan orang lain, serta dalam
mengahadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan ancaman hambatan gangguan,
harus menampilkan diri sebagai orang yang berani.
Dalam
proses pemberdayaan diri terutama pada peserta didik harus berpijak diatas
realita, kehidupan yang sedang kita jalani ini juga penuh persaingan, tantangan
gangguan hambatan dan ancaman bahkan juga sangat beresiko itulah realita
sesungguhnya yang kita hadapi.
2. Pendidikan
Sebagai Proses Pemberdayaan
Ketidakberdayaan individu dan kelompok
terletak pada keterbelenggunya dalam aspek-aspek sosial budaya, sosial ekonomi,
sosial psikologi dan sosial politik.
Reformasi
pendidikan sebagai tuntunan perkembangan kualitatif dan pertumbuhan kuantitatif
kehidupan, harus beramni mengubah strategi, dari pendekatan kuantitatif ke
pendekatan kualitatif. Penerapan dan pengembangan metodologi yang bobotnya kualitatif
harus menjadi pilihan untuk memenuhi tuntunan reformasi pendidikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai
dengan pembahasan di BAB II yang telah dipaparkan, maka kami sebagai penyusun
dapat menyimpulkan, diantaranya sebagai berikut:
1. Hakikat
pendidikan merupakan suatu proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah
kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluas-luasnya, baik melalui
pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan dari belenggu kebodohan,
kemiskinan, rendah diri.
2. Pendidikan
sebagai proses kegiatan, terutama diindonesia, dan landasan pokoknya melekat
pada agama, filsafat, budaya, dan moral.
3. Asas-asas
yang diterapkan pada proses serta kegiatan pendidikan, meliputi pendidikan
sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparasi, tanggung
jawab serta kualitas
4. Panca
darma sebagai asas pendidikan, yang meliputi asas kodrat alam, kemerdekaan,
kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Panca darma dapat memperkuat asas
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA.
www. Google. com
HAKIKAT PENDIDIKAN
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Terstruktur Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam Semester II
Disusun Oleh :
Kelompok
I (Satu) PAI-B
1.
Amin
Halim (NIM. 1411111-)
2.
Karim
Pamela (NIM. 14111110141)
3.
Rohita
(NIM. 14111110080)
4.
Ramah
Puspita Y (NIM. 14111110150)
Dosen Mata Kuliah Sosiologi
Pendidikan
Drs. H, Djono, M.Ag.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH
NURJATI CIREBON
TAHUN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Puji
dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga
tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat
dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah
yang berjudul “HAKIKAT PENDIDIKAN” ini sengaja di bahas karena sangat penting
untuk kita khususnya sbagai mahasiswa yang berada di jurusan Pendidikan Agama
Islam yang akan menjadi seorang guru tentang begitu pentingnya pendidikan di
dunia ini.
Pendidikan
disini merupakan suatu proses bagaimana agar pendidik mengalami perubahan dalam
segi kepreibadiannya, pengetahuammya dan aspek lain yang ada potensi pada
dirinya itu.
Selanjutnya,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Ahmad Yani, M.Ag. selaku dosen Fiqih
Ibadah untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih
baik lagi.
Demikian,
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang
membaca makalah ini.
Cirebon, April 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................................
1
C. Tujuan Pembahasan........................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan.........................................................................
3
B. Landasan-landasan Pendidikan.....................................................
5
C. Asas-asas Pendidikan......................................................................
6
D. Makna Pendidikan Memperdayakan
Sumber Daya Manusia 12
BAB IVPENUTUP
Kesimpulan............................................................................................ 14